Connect with us

Healthy

Self-Healing Lewat Lari:Tren Baru Generasi Z

Published

on

Tazkiyah M Zahra,Favian F Dermawan,Raza E Mulyana,Kaila A Henryna.
Kelompok Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Beberapa tahun terakhir, lari bukan lagi sekadar kegiatan olahraga. Aktivitas yang dulunya lebih banyak dilakukan oleh pelari profesional, kini berubah menjadi gaya hidup hingga sarana pemulihan diri terutama bagi generasi muda.

Di berbagai kota besar, Gen Z mulai memenuhi taman kota, stadion, hingga jalan lingkungan pada pagi, sore, atau malam hari.

Bukan semata untuk mengejar catatan waktu, tetapi untuk mencari ketenangan dan melepas penat.

Fenomena ini menjadi menarik karena lari muncul sebagai bentuk self-healing yang dianggap sederhana, murah, dan dapat diakses siapa saja.

Dalam survei yang dilakukan oleh Kedai Kopi pada 14-19 Oktober 2025 kepada 932 responden, terdapat beberapa jenis olahraga yang paling diminati masyarakat.

Self Healing

Menurut data tersebut, lari atau jogging muncul sebagai jenis olahraga yang paling banyak dilakukan dalam tiga bulan terakhir.

Sebanyak 60,6% responden menyatakan bahwa mereka rutin melakukan lari/jogging, menjadikannya aktivitas fisik yang paling diminati dibandingkan jenis olahraga lainnya.

Tekanan Hidup Gen Z dan Kebutuhan Self-Healing

Generasi Z (Gen Z) hidup dalam arus informasi yang sangat cepat. Tuntutan akademik, tekanan lingkungan pertemanan, ketidakpastian masa depan, hingga budaya komparasi di media sosial membuat kelompok usia ini lebih rentan mengalami stres dan kelelahan emosional.

Tidak sedikit yang mengaku sering merasa drained, overthinking, atau burnout sebelum mencapai usia 25 tahun.

Di tengah tekanan tersebut, istilah “self-healing” menjadi populer. Bagi sebagian orang, self-healing dipahami sebagai liburan, staycation, atau membeli hal-hal yang menyenangkan.

Namun, Gen Z kini bergerak ke arah yang lebih sederhana seperti mencari cara untuk kembali terkoneksi dengan diri sendiri, salah satunya melalui aktivitas fisik seperti lari.

Kesadaran bahwa pemulihan mental tidak harus mahal atau ribet membuat lari menjadi pilihan yang semakin relevan.

Mengapa Lari Bisa Menjadi Sarana Self-Healing?

Salah satu mekanisme utama yang membuat lari efektif sebagai bentuk self-healing adalah kemampuannya merangsang pelepasan hormon-hormon “feel-good” di dalam tubuh.

Hormon seperti dopamin, serotonin, endorfin, dan oksitosin berperan besar dalam menjaga keseimbangan emosi.

Dopamin berkaitan dengan rasa motivasi dan penghargaan diri, serotonin membantu menstabilkan suasana hati dan mengurangi kecemasan.

Sedangkan endorfin berfungsi sebagai penghilang stres alami yang menimbulkan sensasi nyaman setelah berolahraga.

Interaksi positif dengan orang lain, seperti saat bergabung komunitas lari, juga dapat meningkatkan kadar oksitosin yang memperkuat rasa keterhubungan dan kenyamanan emosional (Kim & Park, 2020; Garcia,2021; Illahika et al., 2025).

Selain meningkatkan hormon bahagia, aktivitas fisik seperti lari juga menurunkan produksi kortisol, yaitu hormon stres yang meningkat saat seseorang mengalami tekanan mental atau kelelahan emosional.

Penurunan kortisol inilah yang membantu tubuh dan pikiran merasa lebih rileks setelah berolahraga.

Sejumlah penelitian menemukan bahwa olahraga aerobik sederhana termasuk jogging 20-30 menit itu cukup untuk memicu respons hormonal ini secara alami,sehingga membantu mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati.

Komunitas Lari dan Dukungan Sosial.

Satu aspek yang membuat tren ini semakin kuat adalah hadirnya komunitas lari.

Dari klub lari kampus hingga kelompok lari malam di kota, komunitas memberikan ruang bagi Gen Z untuk merasa diterima tanpa tekanan kompetitif.

Suasana santai namun suportif membuat konsistensi berlari lebih mudah dipertahankan.

Studi dari The Relative Importance of Training and Social Support for Runners’Performance: A Cross-Sectional Study (2023) menunjukkan bahwa ikut grup lari atau memiliki anggota keluarga yang juga berlari berkontribusi besar pada keterlibatan jangka panjang dalam aktivitas lari.

Komunitas memungkinkan seseorang membangun hubungan sosial baru. Hal ini penting karena kesepian dan kurangnya koneksi sosial merupakan faktor risiko gangguan mental yang cukup tinggi pada generasi muda.

Dengan kata lain, suasana sosial yang mendukung, baik melalui teman di klub lari, keluarga, maupun komunitas, membantu menjaga motivasi,hingga jalan lingkungan pada pagi, sore, atau malam hari.

Bukan semata untuk mengejar catatan waktu, tetapi untuk mencari ketenangan dan melepas penat.Fenomena ini menjadi menarik karena lari muncul sebagai bentuk self-healing yang dianggap sederhana, murah, dan dapat diakses siapa saja.

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Advertisement

Facebook

Setahun Kemenkum

Tag

Trending