Bincang
Cerita Jusuf Hamka, Boss Jalan Tol yang makin menjaga Keislaman

Pantausidang, Jakarta – Boss jalan tol Indonesia, Jusuf Hamka atau yang akrab disapa Babah Alun mengaku tidak menyelesaikan empat kuliah pada empat universitas berbeda termasuk satu di Vancouver Kanada, tetapi merasa bangga dengan gelar non-akademiknya, yakni Haji.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh seorang tokoh dan aktivis reformasi Indonesia, menilai bahwa gelarnya jauh lebih hebat dibanding kakak kandungnya, Dr. Drs. Aggi Tjetje, SKed, SH, SS, S.Sos, SE, SIPem, SIKom, MA, MM, CAAE. Aggi memiliki 12 gelar akademi dan 30 keahlian.
“Saya akui, gelar dari Tuhan yang lebih hebat,” Jusuf mengatakan kepada Redaksi sambil berseloroh.
Ia sempat kuliah pada jurusan Business Administration di Vancouver (Canada), di fakultas Sospol Univ. Jayabaya (Jakarta). Ia juga sempat kuliah pada jurusan hukum di Tujuh Belas Agustus (Untag, Jakarta), Fakultas Kedokteran (FK) Univ. Trisakti (Jakarta), tapi tidak ada yang selesai.
“Di fakultas kedokteran Trisakti, saya hanya dua semester,” kata Pengusaha yang menjadi mualaf di usia 23 tahun.
Di tengah kesibukannya, ia mengaku tidak lupa dengan asal-usul, sebaliknya bangga dengan daerah asal termasuk rumah pada masa kecilnya. Ia sempat hidup di lingkungan pecinan dan dekat pusat perdagangan yakni Pasar Baru (Krekot Bunder).
“Saya masih sering mengunjungi rumah lama. Tetap ada rasa kangen ke daerah Pasar Baru (rumah masa kecil Jusuf Hamka), dekat Jl Lautze/Krekot Bunder. Rumah saya, (lokasinya) bekas sekolah Sin Hua (pada dekade tahun 60 s/d 70 an), masih eksis berdiri,” kata Jusuf.
Teman-temannya masa kecil, seperti tukang sampah, hansip masih saling menyapa kalau ia ke rumah lama. Di tengah kesibukan berbisnis pula, ia mengaku tetap menjalankan kewajiban Sholat 5 waktu.
“Insya Allah, tapi tidak bisa on time. Saya tidak fanatic, tapi (Muslim) moderat,” kata pria kelahiran Jakarta, Desember 1957
Selain itu, ada beberapa ceramah sebagai salah satu media dakwah mengena dan inspiring baginya sebagai pebisnis dermawan. Pastinya, tokoh Buya Hamka (salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia) yang sangat mengena di hatinya.
Buya Hamka yang pertama mendorongnya menjadi Muslim. Ada penggalan isi ceramahnya yang sangat mengena dan pas untuk dijalankan dalam kesehariannya.
Buya Hamka mengatakan, walaupun agama kita tidak sama, tapi kita adalah saudara kemanusiaan.
“Itu kata-kata beliau, yang saya jadikan panutan. Walaupun teman-teman tidak seagama, tapi kalau ada yang sedang dalam keadaan susah, saya pasti bela, pasti bantu,” kata Jusuf Hamka.
Mendengar ceramah Buya Hamka tentunya sekitar 40 tahun yang lalu, ketika ia masih remaja. Tetapi kondisi sekarang ini, ia cenderung nonton Youtube yang banyak content ceramah agama Islam.
Dulu ia rajin mengikuti dan mendengar pengajian.
“Tapi, saya nggak perlu (belajar) ilmu agama dalam-dalam, otak sudah tua, yang penting perilaku saya Islami, tidak menzalimi, penuh cinta kasih, tidak melukai siapapun.
Hal ini kan sama seperti yang diajarkan pada umat Buddha, Kristen, Katolik, Hindu, dan lain sebagainya. Semua menjadi percuma kalau atributnya beragama, tapi perilaku masih menzalimi sesama,” kata Jusuf Hamka.*** (Liu).
Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

-
Nasional4 hari ago
Kisruh Internal PT Pegadaian: Serikat Pekerja Ancam Gugat ke Pengadilan, Tuntut Kepatuhan pada PKB
-
Profil4 minggu ago
Kesekian Kalinya, Prof Satyanegara Menerima Penghargaan
-
Niaga1 minggu ago
Agribisnis Indonesia dan Peluang Investasi Delegasi Hunan, China
-
Dakwaan4 minggu ago
Ahli Sebut Praktik Lebur Cap Antam Membuat Margin Antam Tipis