Connect with us

Nasional

Polri-NTT Terjunkan Anjing Pelacak Dalam Pencarian Korban Banjir Mauponggo

Published

on

Banjir Mauponggo NTT ( foto sumber akun mabes polri)
Banjir bandang dan longsor akibat hujan ekstrem sejak 7–8 September memutus akses dan merusak fasilitas umum di Kecamatan Mauponggo

NTT, pantausidang — Tim SAR gabungan terus dikerahkan untuk mencari tiga orang warga yang masih hilang sejak bencana banjir bandang dan longsor melanda Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mabes Polri dan Polda NTT telah menerjunkan unit K-9 dengan empat anjing pelacak — Felicia dan Karel (ras Belgia Malinois) dari Mabes Polri, serta Bon (ras Belgia Malinois) dan Mosa (ras Doberman) dari Polda NTT — untuk menyisir aliran sungai yang tertutup lumpur serta material banjir.

Selain itu, puluhan personel dari Polres Nagekeo, unsur TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, relawan, dan masyarakat setempat juga terlibat dalam operasi SAR.

“Kami berharap kemampuan anjing pelacak ini dapat mempercepat proses pencarian, sehingga korban yang masih hilang bisa segera ditemukan,” ujar Kapolda NTT Irjen Pol Rudi Darmoko, Jumat (19/9), sebagaimana diberitakan Mediahub Polri.

Waktu Kejadian dan Pemicu Bencana

Banjir bandang dan longsor terjadi pada hari Senin, 8 September 2025 sekitar pukul 18.30 WITA, setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kecamatan Mauponggo sejak Minggu dinihari.

Hujan terus berlanjut hingga malam hari, menyebabkan beberapa sungai meluap dan material batu serta pasir dari puncak Gunung Ebulobo terbawa air hujan dan longsor turun ke lembah.

Kerusakan Infrastruktur dan Isolasi

Jalur akses antar desa dan kecamatannya banyak yang terputus akibat longsoran dan material banjir yang menutup jalan. Termasuk akses jalan utama antara Kecamatan Mauponggo dan Boawae. Infrastruktur komunikasi dan listrik juga terganggu. Sumber air bersih, bak penampungan, dan mesin suplai air minum rusak berat.

Korban dan Kondisi Terkini

Dalam peristiwa ini setidaknya menelan korban jiwa 3 orang meninggal dunia, termasuk satu keluarga: seorang ayah (Eligius Sopi Bela), bayi usia 7 bulan, dan ibu mertua.

Tim penyelamat melaporkan ada empat korban hilang serta Tim hingga hari ke-11 terus mencari di Sungai Teodhae.

Sementara itu pengungsi di beberapa desa, terutama Desa Sawu, mengeluhkan jarak ke dapur umum yang terlalu jauh serta keterbatasan makanan.

Upaya Penanganan

Pemerintah daerah bersama Forkopimda mengunjungi lokasi untuk memantau kondisi dan membuka akses jalan yang tertutup material longsor.

Upaya pembersihan material dan pemulihan akses transportasi dimulai untuk mempermudah distribusi bantuan.

Tim SAR fokus menyisir Sungai Teodhae dari sisi hulu ke hilir, dengan memprioritaskan titik-titik di sekitar jembatan Teodhae I dan II.  *** (Red – sumber Akun Medsos Mabes Polri)

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Advertisement

Facebook

Hari Hak Untuk Tahu Sedunia .. tapi kok mau tanya dibatasi?

Tag

Trending