Ragam
Hilirisasi Nikel untuk baterai EV dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
Program hilirisasi tambang terutama dengan smelter atau peleburan biji nikel bisa paralel dengan kebutuhan teknologi baterai lithium

“Kenaikan target pertumbuhan ekonomi sampai 33 persen. Hal ini tidak lepas dari strategi pemerintah, yakni program hilirisasi terhadap berbagai sumber daya alam termasuk nikel untuk bahan baku baterai,” kata Nurul Ichwan.
Di tempat berbeda, Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) optimis dengan pembangunan industri EV (electric vehicle) di Indonesia. Bahkan rencana investasi meliputi pabrik EV yang terintegrasi dengan supporting industries terutama industri baterai.
Menurut Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia, investor Konsorsium LG asal Korea Selatan sudah masuk sejak tahun lalu. Rencana investasi pembangunan baterai, beberapa asosiasi industri EV mereferensi negara lain seperti Tiongkok yang juga sudah maju.
“Seperti investasi Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa di Morowali Sulawesi Tengah sudah terbukti,” Achmad Rofiqi dari Periklindo mengatakan kepada Redaksi.
Penggunaan baterai listrik untuk EV yang efisien dan harga terjangkau, yakni dua negara yang bermain; China dan Korea. Tapi negara Indonesia mempunyai banyak kandungan bahan baku baterainya, yakni nikel.
Sparepart terutama baterai EV paralel dengan usaha perakitan EV. Hal ini menjadi efisien, dan sangat berpengaruh pada harga jual EV.
“Untuk masalah efisiensi dan harga jual, dua negara (China dan Korea) terbukti competitive. Kalau dibanding Amerika, (kapasitas) lebih besar karena teknologi yang lebih detail. Tapi harga dibebankan kepada konsumen, sehingga harga lebih mahal,” kata Achmat Rofiqi. ***
Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.