Nasional
Indonesia Mampu Menghadapi Badai Resesi
Kali ini Doku Talk membahas tentang kondisi perekonomian global, pertumbuhan ekonomi nasional, dan proyeksi financial technology (fintech) di Indonesia
Pantausidang, Jakarta – Doku Talk, platform diskusi literasi investasi, perencanaan keuangan dan pasar modal di Indonesia kembali menggulirkan tema menarik dan hangat dalam perbincangan ahli dan praktisi edisi Agustus 2022.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang mengangkat tema “Melawan Dinamika Resesi Bersama Fintech Investasi”, yang ditayangkan melalui channel YouTube Doku Talk, Senin 22 Agustus 2022.
Kali ini Doku Talk membahas tentang kondisi perekonomian global, pertumbuhan ekonomi nasional, dan proyeksi financial technology (fintech) di Indonesia.
Diskusi digelar dengan pengantar bahwa pengaruh pandemi Covid-19 masih berlangsung. Terlebih, perang yang terjadi di Eropa, antara Rusia dan Ukraina masih memberikan dampak buruk pada persoalan supply and demand berbagai kebutuhan pokok dunia.
Sehingga negara-negara maju mengalami inflasi, dan menimbulkan tekanan pada perekonomian dunia yang mengakibatkan terjadinya gangguan resesi global saat ini.
Namun, dinamika resesi global sudah mengemuka, di Tanah Air, ekonomi nasional mampu unjuk gigi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 tumbuh sebesar 5,44% year on year (YoY).
Bank Indonesia (BI) merespon,
peningkatan ini ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat, terutama konsumsi rumah tangga, dan peningkatan kinerja eskpor.
Menanggapi isu di atas, Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan bahwa Indonesia mampu menghadapi badai dinamika resesi.
Ia menganalisa perekonomian nasional relatif aman dan sedang menuju masa pemulihan pasca pandemi.
“Masa depan ekonomi global memang sedang gelap, akibat ketidakpastian. Tetapi kendati demikian, kondisi Indonesia sebenarnya dapat dikatakan baik-baik saja.”
“Dengan pertumbuhan 5,44%, kita sedang dalam proses pemulihan ekonomi, menuju perbaikan. Setidaknya kita lebih baik dari Malaysia dan Singapura” ujarnya.
Meski Indonesia kuat terhadap kondisi ekonomi global saat ini, Wealth Advisory Head Bank UOB Indonesia, Diendy Liu, menyarankan agar setiap individu waspada dengan cara mengelola keuangan dengan baik.
Sebab menurutnya, salah satu cara agar publik tidak terkena dampak yang signifikan akibat tekanan ekonomi ialah dengan melakukan perencanaan keuangan yang baik di tengah situasi ketidakpastian ekonomi.
“Kita harus mengukur daya beli kita sebagai individu. Kita harus mulai pilah-pilah apa saja yang mau kita konsumsi.”
“Ada yang disebut dengan penghasilan bersih setelah kita membayar pajak. Dari sana kita bisa mengalokasikan untuk kebutuhan pokok kita, antara sandang, pangan, papan, termasuk cicilan.”
“Bagi yang sudah berkeluarga mungkin tambahan biayanya adalah pendidikan. Dari sana, pastikan kita masih punya sekitar 30 persen.”
“Kemudian dari sisa inilah kita bisa mengalokasikannya ke instrumen keuangan,” terang Diendy.
Untuk masuk dalam kategori individu yang kuat menahan tekanan dinamika ekonomi saat ini, maka menurut Diendy Liu, perencanaan keuangan dan membangun portofolio keuangan menjadi kuncinya.
Diendy menambahkan, publik mesti mengetahui instrumen keuangan berdasarkan ragam pilihan yang aman demi menghindari dampak dari ketidakstabilan ekonomi yang dapat mengganggu ketahanan ekonomi individu.
Selain dengan menguatkan perencanaan keuangan, Head of Investment and Insurance DANA, Ivan Kusuma memberikan pilihan kepada publik dalam menguatkan ketahanan keuangannya dengan melakukan investasi melalui fintech yang telah resmi terdaftar di regulator.
Menurutnya, peran fintech di era saat ini sangat signifikan dalam membantu masyarakat, terutama dalam sektor Investasi.
“Berdasarkan survei, Indonesia merupakan pengguna smartphone tertinggi nomor 4 di dunia. Dari sini kita bisa mengerti betapa pentingnya fintech yang umumnya ditawarkan melalui smartphone,”
“ Fintech selain mempermudah, juga secara biaya dapat lebih murah, karena pihak yang terkait lebih sedikit. Kedua, fintech lebih banyak pilihan sebagai aplikasi investasi,” imbuhnya.
Bahkan kata Ivan, Bank Indonesia telah mendukung perkembangan teknologi digital.
“BI saja mendukung perkembangan teknologi digital. Ini tergambar pada per 1 Juli 2022, BI itu meningkatkan batas uang elektronik bulanan dari yang sebelumnya hanya Rp10 juta, kini menjadi Rp20 juta.”
“ Itu untuk registered user. Jadi dapat dikatakan bahwa fintech sangat berkembang dari sisi transaksi, volume, bahkan dari sisi regulator pun mendukung”, tambahnya.
Praktisi Keuangan dan Investasi Benny Sufami menambahkan, kondisi ekonomi yang saat ini tidak stabil seharusnya dapat dimanfaatkan oleh publik agar lebih efisien dan efektif dalam mengelola keuangannya sehingga dapat menahan tekanan ekonomi yang dapat hadir sewaktu-waktu.
“Saya juga menekankan bahwa publik harus memahami literasi investasi. Sebab di tengah ketidakpastian saat ini, bisa saja krisis ekonomi hadir kembali,”
“ Namun jika kita semua dapat mengelola keuangan dengan baik, maka dampak buruk ketidakstabilan ekonomi tidak terlalu berpengaruh signifikan,” katanya.
Tentang Doku Talk.
Doku Talk merupakan platform diskusi literasi keuangan dan pasar modal di Indonesia yang aktif membicarakan tema-tema diskusi keuangan terkini di Indonesia.
Fokus Doku Talk ialah memberikan publik informasi akurat dan valid mengenai literasi keuangan yang dapat membantu masyarakat dalam melakukan perencanaan keuangan.*** (GHR).
Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.
-
Rilis3 minggu ago
HUT ke 86, Prof. Satyanegara Sempat Kilas Balik Masa Lalu Mengabdi di RSPP, Tim Dokter Kepresidenan
-
Internasional1 minggu ago
First Meeting Between URINDO and Pidu District, Chengdu Province Heralds New Start
-
Nasional1 minggu ago
Peluang Ekonomi Kreatif Dari Pemanfaatan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT)
-
Nasional4 hari ago
Baru 3 Tahun Takeover , Management Sapphire Sky Hotel Raih Penghargaan ITTA 2024/2025