Connect with us

Ragam

IINTLA berdiri untuk geliat ekonomi sektor pariwisata

Pariwisata berkelanjutan yang dikedepankan, butuh kolaborasi, inovasi dan adaptasi,” Dewan Kehormatan IINTLA Rahmi Setiawati mengatakan kepada Redaksi

Penyerahan plakat IINTLA oleh Vinsensius Jemadu (Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) kepada wakil ketua IINTLA, Wayan Sandi dan disaksikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) IINTLA, David S. Gunawan atau Qiu Da Wei (kanan)

Pantausidang, Jakarta – The Indonesian Inbound Tour Leader Association (IINTLA) berdiri dengan harapan, ada geliat dan perkembangan ekonomi Indonesia melalui sektor pariwisata.

Karena pariwisata terbukti menggeliatkan ekonomi secara multisektor, berdampak langsung kepada masyarakat.

“Pariwisata berkelanjutan yang dikedepankan, butuh kolaborasi, inovasi dan adaptasi,” Dewan Kehormatan IINTLA Rahmi Setiawati mengatakan kepada Redaksi di Gedung Sapta Pesona. Jumat (8/7/2022).

Upaya beradaptasi dengan berbagai lingkungan termasuk pandemic covid – 19 selama kurang lebih dua tahun.

Para pelaku usaha pariwisata termasuk tour leader (TL) atau pemandu wisata menghadapi berbagai perubahan selama covid mendera.

Sehingga inovasi kreatif untuk pengembangan destinasi wisata menjadi sangat signifikan. Peran teknologi sebagai media sangat membantu terutama kegiatan pemasaran industry pariwisata.


“Adaptasi dengan aspek lingkungan termasuk perilaku wisatawan di tengah kondisi pandemic harus ada.”

“Adaptasi dan kreasi (pelaku usaha pariwisata), termasuk pemahaman literasi digital, pemanfaatan teknologi untuk kepentingan yang bernilai ekonomi,” kata ketua Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Universitas Indonesia.

Belajar dari pengalaman pandemic covid selama dua tahun, kondisi pariwisata Indonesia termasuk masih menggeliat.

Wisatawan domestic sebagai pangsa pasar yang besar. Dua tahun pandemic, masyarakat Indonesia tetap perlu berlibur dan berwisata.


Selain aktivitas wisata sudah menjadi gaya hidup untuk masyarakat Indonesia. Sebagai perbandingan, kondisi masyarakat di Amerika juga butuh wisata, bahkan bagian dari gaya hidup.

“Misalkan mereka mau kunjungan ke Indonesia, mereka menabung sejak usia dini. Mereka mandiri untuk pembiayaan, karena mereka tahu bahwa pergi ke luar negeri akan memperluas wawasan, pengetahuan,” kata Sekretaris Program DIII Vokasi Pariwisata FISIP Universitas Indonesia. *** Liu.

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com
×

Assalamualaikum wrb

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Hubungi Kami