Industri Sawit Perkuat Kemitraan

“Keunggulan kelapa sawit dengan komoditi pesaing minyak nabati lainnya adalah mempunyai produktivitas yang lebih tinggi, sehingga penggunaan luas lahan untuk memproduksi minyak sawit lebih sedikit,” tutur Airlangga.

Untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit hanya membutuhkan lahan 0,3 ha, sementara rapeseed oil butuh lahan seluas 1,3 ha, sunflower oil seluas 1,5 ha dan soybean oil seluas 2,2 ha.

Pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 540 ribu hektar kebun kelapa sawit milik petani sampai dengan tahun 2024.

Pola Kemitraan

Tantangan yang dihadapi minyak sawit Indonesia dalam kompetisi perdagangan minyak nabati dunia saat ini semakin kompleks. Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil atau ISPO)  mendapat pengakuan secara global.

Selain itu, perlu  pengembangan pola-pola kemitraan guna menjawab tantangan dan tentunya untuk memperkuat supply chain, serta agar petani kebun juga mendapatkan fasilitas terutama untuk meningkatkan produktivitas sekaligus  mendapatkan pembiayaan.

 Menko Airlangga berharap,peranan asosiasi petani kelapa sawit dan asosiasi pengusaha kelapa sawit  dapat duduk bersama dengan Pemerintah , untuk mencari titik temu dalam menjawab tantangan pola kemitraan perkebunan kelapa sawit sehingga tercipta iklim usaha yang sehat di masa yang akan datang.

ASPEKPIR-Indonesia juga dapat berkontribusi dengan membangun awareness dan persepsi positif industri kelapa sawit,

Yakni dengan menyampaikan informasi yang akurat dan benar terkait pembangunan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia kepada khalayak umum.
(sumber Humas Kemenko Perekonomian)*** Red

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Laman: 1 2