Connect with us

Healthy

Kesehatan Mental Fondasi Resiliensi Anak

Published

on

Profesor Maila Dinia Husni Rahiem (kiri) dan Profesor Lysann Zander (kanan) saat talkshow singkat dalam cara Hari Kesehatan Mental Sedunia Bertahan, Beradaptasi, Bangkit” yang diselenggarakan Dharmaila Center. (Foto: Dok. Tim Dharmaila Center.)

Jakarta, pantausidang – Awan berarak di langit Jakarta. Siang hingga sore, Minggu, 12 Oktober 2025 cuaca Jakarta cerah. Hembusan angin dan udara segar memenuhi area Neha Hub, Cilandak, Jakarta Selatan yang dipenuhi pepohonan rindang nan teduh. Terlihat puluhan orang, baik anak-anak, orang tua, mahasiswa, pegiat komunitas, pegiat literasi, praktisi pendidikan, dan seniman berinteraksi dengan semringah.

Para partisipan secara khidmat mengikuti rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Mental Sedunia dengan tema “Bertahan, Beradaptasi, Bangkit” yang diselenggarakan Dharmaila Center. Di bagian kanan area taman Neha Hub, terlihat seorang anak perempuan sedang menggambar dan mewarnai. Dengan cekatan tangannya memilih satu per satu krayon untuk mewarnai gambar di depannya. Selepas gambarnya rampung diwarnai, anak perempuan itu lantas berlari menuju area bermain perosotan (seluncuran) sembari mendengar kisah dongeng yang sedang diceritakan.

Rangkaian kegiatan terlaksana berkat dukungan lintas komunitas seperti ANAHATA, Somayogini, Journey to Sense, Gabriel Mayo & Ruth Priscilla, Safira Dinda, Jennifer Agrilla, Rumah Lansia, Pengurus Cabang ’Aisyiyah Bojongsari dan Cinere, serta jejaring seniman, pendidik, dan berbagai pegiat. Diketahui, Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober.

Tema “Bertahan, Beradaptasi, Bangkit” lahir dari riset dan kerja lapangan Profesor Maila Dinia Husni Rahiem tentang resiliensi bagaimana anak-anak (27 anak) penyintas tsunami dan gempa Aceh 2004 menghadapi masa krisis, pulih setelahnya, dan terus tumbuh hingga kini. Dari temuan tersebut, resiliensi dirumuskan menjadi tiga makna inti, yakni bertahan berarti menjaga nyala harapan dan rasa aman, beradaptasi berarti menata diri sesuai situasi yang berubah, dan bangkit berarti melaju lebih tinggi setelah belajar dari pengalaman. Tiga kata ini menjadi penuntun “sederhana” bagi orang tua dan guru untuk mendidik anak dalam keseharian di rumah dan di kelas.

Profesor Maila tak lain adalah Peneliti Utama Dharmaila Center sekaligus guru besar pendidikan anak usia dini dan kesejahteraan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Profesor Maila juga merupakan ilmuwan Indonesia bertaraf global yang tiga tahun beruntun (2023–2025) masuk kategori Top 2% Scientists Worldwide yang dirilis oleh Stanford University, Amerika Serikat dan Elsevier.

Ada beragam aktivitas dalam rangkaian Hari Kesehatan Mental Sedunia yang dihelat Dharmaila Center. Mulai dari talkshow, penampilan musik, pembacaan cerita dan dongeng, latihan napas sadar, pameran karya, fotografi, fesyen, jelajah kesadaran, hingga peluncuran tiga buku cerita anak usia 3–7 tahun karya Profesor Maila berjudul “Kimo, Monyet Kecil yang Berani”, “Piko Belajar Mencari Makan”, dan “Jessie, Penjaga Kebun Kecil”.

Pada sesi jelajah kesadaran, cerita anak dipadukan dengan gerak tubuh dan latihan napas. Peserta diajak berlatih “Napas Kimo” untuk menenangkan ritme tubuh, merasakan tubuh “menyusut dan mengembang” agar peka pada perubahan rasa, memasuki hening sejenak untuk menata pikiran dan tubuh, lalu menutup sesi dengan penataan napas dan tubuh agar energi terasa rapi dan muncul kembali rasa aman. Tujuannya sederhana membantu tubuh kembali ke titik netral, sehingga peserta pulang lebih tenang dan kuat.

Khusus untuk sesi talkshow, tampil dua narasumber utama berbagi pengalaman dan pengetahuan, yaitu Profesor Maila Dinia Husni Rahiem dan Profesor Lysann Zander. Sebagai informasi, Profesor Lysann adalah profesor riset pendidikan empiris di Leibniz Universität Hannover, Jerman sekaligus peneliti emosi, interaksi sosial, dan motivasi belajar. Di luar kampus, Lysann merupakan musisi profesional yang berkarya dalam proyek musik Stereofysh bersama saudaranya, Gunnar Zander.

“Tujuan acara ini adalah untuk mengajak publik membangun kesadaran untuk saling mendukung sebagai kunci kesehatan mental dalam keluarga, sekolah, dan komunitas,” ujar Direktur Eksekutif Dharmaila Center, Supriyanto, di lokasi acara.

Sehatkan Mental, Perkuat Resiliensi

Raut wajah Profesor Maila Dinia Husni Rahiem terlihat serius tapi santai. Terkadang dia melontarkan canda dan tawa. Di samping kirinya, tampak sorot mata Profesor Lysann Zander menyapu area dan para peserta yang hadir. Kadang kala keduanya saling bertatapan dan tertawa. Apalagi bila berkisah ihwal kerja sama riset lintas negara yang keduanya lakukan sejak 2023.

Kolaborasi riset lintas negara tersebut telah melahirkan artikel “Feeling seen matters: how organization-based self-esteem mediates the relationship between university students’ coping resources and thriving in Germany, Indonesia, and the United Arab Emirates” yang terbit di Frontiers in Psychology pada 10 September 2025. Temuan utamanya yakni ketika mahasiswa merasa diakui dan dihargai, maka sumber daya koping yang mereka miliki (seperti rasa mampu belajar dan rasa memiliki) lebih efektif berubah menjadi “thriving” atau energi positif untuk terus belajar dan bertumbuh meski menghadapi tekanan. Pola ini konsisten di tiga negara dan sejalan pada laki-laki maupun perempuan.

Profesor Maila Dinia Husni Rahiem (belakang) dan Bikridina Aisykar Kamilasyah (siswi MIN 7 Jakarta, depan) menunjukkan hasil mewarnai gambar. Foto: Dok. Tim Dharmaila Center.

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Laman: 1 2

Jurnalis Senior | Penulis Buku "Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi" | Penulis Trilogi Buku "Membendung Korupsi Demi Negeri" | Editor & Co-writer Buku "Potret Business Judgment Rule: Praktik Pertanggungjawaban Pengelolaan BUMN"

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Advertisement

Facebook

Hari Hak Untuk Tahu Sedunia .. tapi kok mau tanya dibatasi?

Tag

Trending