Connect with us

Daerah

Status Quo asset perpustakaan Sun Yat Sen, setelah pendirinya meninggal

Seorang pengusaha dan tokoh pers Tionghoa menilai asset perpustakaan tersebut ‘status quo’ sehingga perlu duduk bersama para pengurus Yayasan dan pihak lain.

Published

on

Di tempat berbeda, ibu Linty mengaku tertarik untuk membuka Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) bersama beberapa guru/dosen bahasa mandarin, dengan memanfaatkan bangunan perpustakaan Sun Yat Sen.

Selama ini beberapa LPK berjalan sukses, termasuk yang di Cirebon. Dinas pendidikan pemerintah provinsi juga membantu pendanaan.

“Saya sempat tanya dengan pengurus LPK Cirebon mengenai prosedurnya, (yaitu) izin dari RT, RW, kelurahan. Tapi anak almarhum pak Jacob sempat ragu dengan keseriusan saya, dan bisa mengalihkan semua koleksi buku kepada orang lain. Dia bangga dengan koleksi buku perpustakaan yang terlengkap di Indonesia, untuk kategori bahasa mandarin,” kata ibu Linty.

Hal ini merupakan upaya pelestarian perpustakaan tersebut, dan siap menanggung biaya bersama rekannya. Keluarga almarhum sempat minta ketegasan apakah berniat dan mampu meneruskan pengelolaan perpustakaan.

“Saya jawab, bahwa saya mau dan mampu,” kata ibu Linty.

Ia sedang mengurus status para pengurus yayasan perpustakaan tersebut. Prosesnya memang tidak mudah, harus melalui kantor pengacara.

“Ada orang Taiwan (pemilik klinik pengobatan Cahaya Mandiri, Ketapang Indah Jl. Kyai Haji Zainul Arifin, Krukut Kec. Taman Sari Jakarta Barat) yang juga pengurus yayasan. Untuk mengalihkan bangunan perpustakaan tersebut, kami harus menonaktifkan pengurus lama. Seorang konsultan hukum menjelaskan kepada saya, bahwa semua pengurus lama harus dipanggil melalui media massa. Kalau mereka tidak datang, bisa dieksekusi,” kata ibu Linty.***

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Laman: 1 2

Advertisement

Facebook

Tag

Trending