Justitia
Pertamina Tak Pernah Kapok, Korupsi Terus Terjadi
Kasus dugaan korupsi proyek digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT Pertamina (Persero) bersama Telkom tahun 2018–2023.

Ruang Konferensi Pers, lantai 1 Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa malam, (21/1/2025) hening sejenak. Para jurnalis tak ada yang bergeming. Suara Direktur Penyidikan KPK Brigjen Pol Asep Guntur Rahayu yang terdengar dari pengeras suara memenuhi ruangan. Asep dengan lugas menjelaskan kasus korupsi baru yang sedang dalam penanganan KPK di tahap penyidikan.
Kasus tersebut adalah dugaan korupsi proyek digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT Pertamina (Persero) 2018–2023. Nilai proyeknya fantastis dan jumlah SPBU yang menjadi objek digitalisasi juga sangat signifikan. Meski Pertamina sebagai pemilik proyek, tetapi pelaksana proyek adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
“Digitalisasi SPBU Pertamina (nilai proyeknya) ini sampai triliunan lebih, betul. Jumlah SPBU-nya itu besar, ada 5.000 sekian titik SPBU di seluruh Indonesia. Ini kan Pertamina sebagai pemilik pekerjaan, Telkom itu adalah yang melaksanakan. Penandatangan kontrak itu (antara Pertamina dengan Telkom) di April tahun 2019,” tegas Brigjen Pol Asep Guntur Rahayu.
Suara Asep kembali bergema. Dia menarik napas. Asep memastikan, KPK telah menetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek digitalisasi SPBU Pertamina 2018–2023. Meski demikian Asep belum bisa menyampaikan jumlah tersangka, siapa saja, dan dari unsur mana saja. Yang jelas, kata Asep, tersangka melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). KPK meyakini terdapat kerugian keuangan negara dalam proyek tersebut.
“Nama tersangka nanti dikabari. Sejauh ini yang kita persangkakan di dalam perkara ini adalah Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3. Tetapi, tidak menutup kemungkinan apabila nanti KPK menemukan tindak pidana baru misalkan ada suapnya, maka kita akan kenakan pasal suap. Untuk jumlah kerugian negaranya, sedang dan masih dalam penghitungan oleh tim audit perhitungan kerugian negara, sehingga angka pastinya belum ada. Nanti kami berkolaborasi dengan ahli perhitungan kerugian negara untuk melihat gambaran dari 5.000 sekian titik tersebut,” ujarnya.
Pengusutan Meluas
Dia lantas menjelaskan alasan mengapa penanganan korupsi proyek digitalisasi SPBU Pertamina mencakup waktu kejadian tindak pidana (tempus delicty) sejak 2018 hingga 2023, meskipun kontrak antara Pertamina dan Telkom ditandatangani pada 2019. Asep menekankan, pengusutan yang meluas tersebut merupakan bagian penting dari strategi penyidikan. KPK melihat dan mendalami proyek ini dan dugaan keterlibatan para pihak sejak tahapan perencanaan yakni tahun 2018 atau sebelum penandatanganan kontrak, saat penandatanganan kontrak, tahap pelaksanaan proyek, masa sosialisasi, dan lain-lain.
“Jadi, rentangnya menjadi panjang dari 2018 sampai 2023. Itu supaya penanganannya holistik, penanganannya mencakup keseluruhan. Kita bisa lebih komprehensif. Kami ingin melihat apakah memang dari sejak awal desain program ini untuk mengambil sesuatu (dari) keuangan negara atau memang ini sebetulnya memang desain yang benar-benar seperti apa adanya,” ungkap Asep.
Tidak Sendirian
Asep pun membuka fakta lain hasil temuan penyidik KPK. Meskipun PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk sebagai pelaksana proyek, faktanya perusahaan BUMN ini tidak bisa mengerjakan dan menjalankan proyeknya sendirian. Telkom di antaranya hanya sanggup mengerjakan desain dan teknologinya. Karena itu, Telkom pun bekerja sama atau menggandeng perusahaan-perusahaan lain untuk pengerjaan beberapa item. Salah satu perusahaan yang digandeng yakni PT Len Industri (Persero).
“Telkom yang melaksanakan tidak secara keseluruhan, tetapi bekerja sama dengan Len (PT Len Industri (Persero) dan lain-lain,” tuturnya.
Keikusertaan PT Len Industri (Persero) dalam proyek digitalisasi SPBU Pertamina inilah yang menuntun penyidik memanggil Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin. KPK memeriksa Booby sebagai saksi sebagai pada Senin (20/1/2025) bersama delapan saksi lainnya. Hanya saja, Bobby dan Antonius Haryo Dewanto selaku VP Sales Enterprise PT Packet Systems tahun 2018 tidak hadir. Bobby dan Antonius meminta penjadwalan ulang. Di sisi lain, Asep belum bisa mengungkap secara spesifik tentang dugaan peran atau dugaan keterlibatan Bobby Rasyidin.
“Untuk Dirut Len Industri (Bobby Rasyidin) itu sudah masuk materi penyidikan,” ucap Asep.
Awal Penyidikan Pertengahan September 2024
Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto menambahkan, penyidik telah mulai memeriksa saksi-saksi untuk dugaan korupsi proyek digitalisasi SPBU PT Pertamina (Persero) 2018–2023 memang sejak Senin (20/1/2025). Berdasarkan catatan pemberitaan Pantausidang.com, penyidik telah memeriksa lebih dari 25 orang saksi hingga Jumat (31/1/2025). Para saksi berasal dari berbagai macam unsur, di antaranya Pertamina, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, anak perusahaan Telkom, pensiunanan perusahaan-perusahaan BUMN, dan sejumlah perusahaan swasta. Saat pemeriksaan saksi-saksi tersebut, penyidik mendalami terkait dengan proses pengadaan proyek digitalisasi SPBU Pertamina oleh Telkom dan peran masing-masing saksi dalam proses pengadaan.
“Surat perintah mulainya penyidikan (sprindik) perkara dugaan tindak pidana korupsi proyek digitalisasi SPBU PT Pertamina (Persero) 2018–2023 sudah terbit dengan tandatangan pimpinan KPK pada tanggal 17 September 2024. Ada tiga tersangka yaitu dari unsur penyelenggara negara dan swasta,” ujar Tessa di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta.
Penjelasan Direktur Penyidikan KPK Brigjen Pol senada dengan data hasil temuan dan data dari penelusuran Pantausidang.com dari berbagai sumber. Proyek digitalisasi SPBU Pertamina terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu penandatanganan kontrak proyek dan perjanjian kerja sama pada dua waktu yang berbeda.

Alur Digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina. Foto: Dok. PT Pertamina (Persero).
Rincian Proyek Digitalisasi SPBU Pertamina
Pertama, PT Pertamina (Persero) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menandatangani Kontrak nomor: SP-12/C00000/2019-SO tertanggal 18 April 2019 untuk proyek pekerjaan pembuatan sistem monitoring distribusi dan transaksi penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 5.518 SPBU Pertamina di seluruh Indonesia. Proyek pekerjaan ini juga banyak yang menyebut sebagai proyek digitalisasi SPBU Pertamina. Jangka waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak ini adalah 4 Oktober 2018 hingga 31 Desember 2019. Nilai proyeknya sebesar Rp3.626.658.426.755 (lebih dari Rp3,62 triliun) atau setara jumlah maksimal volume BBM sebanyak 237.813.668.939 liter (lebih dari 237,81 miliar liter).
Rincian proyek Rp3,6 triliun ini terbagi menjadi dua bagian utama. (1) Alokasi pekerjaan pengadaan dan pemasangan sistem, infrastruktur pendukung, dan data center dengan anggaran Rp2.838.092.914.775 (lebih dari Rp2,83 triliun). (2) Biaya support/pendukung pekerjaan sebesar Rp788.565.511.981 (lebih dari Rp788,56 miliar).
Sedangkan SPBU yang masuk dalam lingkup kerja sama kontrak pekerjaan digitalisasi 5.518 SPBU terdiri dari empat jenis. Satu, SPBU Corporate Owned Dealer Operated (CODO) atau SPBU milik Pertamina yang pengoperasiannya oleh swasta dengan jumlah 208 SPBU. Dua, SPBU Dealer Owned Dealer Operated (DODO) yaitu SPBU milik swasta dan di bawah kendali swasta sejumlah 5.071 SPBU. Tiga, SPBU Corporate Owned Corporate Operated (COCO) atau SPBU milik Pertamina pengoperasian oleh Pertamina dengan jumlah 178 SPBU. Empat, 61 SPBU yang jenisnya tidak teridentifikasi.
Per 21 November 2019, jumlah SPBU yang telah selesai terintegrasi mencapai 1.415 SPBU atau setara 25,64% dari target 5.518 SPBU, selesai User Acceptance Test (UAT) hanya 442 SPBU, serta selesainya Berita Acara Serah Terima (BAST) hanya 299 SPBU. Padahal rencana implementasi digitalisasi SPBU Pertamina, berlangsung secara bertahap seperti pada tahun 2018. Yaitu berupa pelaksanaan inisialisasi data center, cloud services, dan implementasi sistem di 1.000 SPBU serta pada 2019 rencana implementasi sistem di 4.518 SPBU.
Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.