Ragam
Simon Sutjipto, Panggilan Perbaiki Wihara Klenteng
Kami nggak berani ambil satu keputusan tanpa izin, persetujuan dari pengurus Wihara,” Simon mengatakan kepada Redaksi

Pantausidang, Jakarta – Simon Sutjipto (Zhou Shin Pheng) tidak ujug-ujug (serta-merta) mengeluarkan biaya ataupun menggalang dana dari teman-teman pengusaha untuk memperbaiki beberapa Wihara atau Klenteng yang memang kondisinya sudah kritis.
Ia juga mengaku tidak nyelonong, tapi minta izin terlebih dahulu dengan pengurus Wihara/Klenteng tersebut.
Sampai saat ini, ia sudah memperbaiki sekitar 8 Wihara, termasuk empat di Pontianak, dua di Serang Banten (Wihara Tridharma Sutra) dan dua di Jakarta.
“Sebelum renovasi, memperbaiki Wihara, harus ‘Ciam Si’ (tradisi ramalan China kuno).”
“Kami nggak berani ambil satu keputusan tanpa izin, persetujuan dari pengurus Wihara,” Simon mengatakan kepada Redaksi.
Dengan izin, pengurus Wihara juga akan tahu apa maksud, tujuan dan motivasi pekerjaan sosial merenovasi.
Salah satunya Wihara Sapta Ronggo di Jl. Petojo VIJ Cideng Jakarta Pusat.

Simon Sutjipto (kiri)
Sebagaimana, pengurus Wihara tersebut memeluk agama Islam. Sehingga ia merasa harus basa-basi untuk menawarkan jasa baik, merenovasi Sapta Ronggo.
Kondisinya memang sudah kritis, karena atapnya sering bocor saat musim hujan seperti sekarang ini.
“Kami melakukan perbuatan baik untuk banyak orang. Ini juga bukan ujug-ujug. Karena satu hari, saya sedang jalan-jalan melihat suasana luar seputar komplek Roxy Mas (sentra ponsel).”
“Tapi seperti ada ‘panggilan’ dan mengarahkan saya ke Wihara tersebut. Sehingga, besoknya saya datang lagi untuk minta izin.”

Wihara Sapta Ronggo, Jl. Petojo VIJ Cideng Jakarta Pusat
“Saya bicara dengan ketua pengurus melalui sambungan telepon, dan dia langsung mengizinkan,” kata laki-laki kelahiran Pontianak, 64 tahun yang lalu.
Pengalaman yang hampir sama, yakni ketika sedang jalan-jalan di seputar Ancol.
Karena sempat ‘terkurung’ selama pandemi covid-19 mendera, ia sempat merasa jenuh dan bosan.
Aktivitas dan ruang gerak sempat menjadi kagok karena penerapan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) covid.

Salah satu klenteng di Pontianak, Kalimantan Barat yang direnovasi
“Saya tergerak dan terpanggil untuk renovasi Wihara Bahtera Bhakti di Ancol. Disitu ada makam Embah Said yang keramat,” kata pengusaha properti ini.
Menantu Said yaitu Sampo Soei Soe konon merupakan muslim asal Tiongkok yang bekerja sebagai juru masak Laksamana Cheng Ho.
Ia menikah dengan anak Said, Siti Wati. Karena menantunya (Said) dari China yang falsafah hidupnya sangat menghormati leluhur.
“Ada pengurus (Wihara Bahtera Bhakti) yang bisa menjelaskan asal usul, sejarahnya.”
“Ada satu aliran sungai, dan masih ada kuburan. (penunggunya) dulu bekerja sebagai juru masak Sam Po Kong”
“(gua tiga orang sakti; bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He/Cheng Ho). Ini benar-benar terjadi,” kata Simon Sutjipto. *** Liu
-
Gugatan10 bulan ago
Miris, Bengkel Rekanan Polisi ini Diduga Kemplang Hutang dan Menipu ??
-
Pledoi11 bulan ago
Perkara KDRT, Kamal Mangwani melalui pengacara minta dibebaskan
-
Ragam11 bulan ago
Kembangkan Kasus Dugaan Korupsi BTS, Kejagung Geledah Kantor Kominfo RI
-
Opini10 bulan ago
Prioritas Mitigasi Iklim Nasional Dalam Konteks Polusi Udara dan Pembangunan Berkelanjutan
Ragam
Simon Sutjipto, Panggilan Perbaiki Wihara Klenteng
Kami nggak berani ambil satu keputusan tanpa izin, persetujuan dari pengurus Wihara,” Simon mengatakan kepada Redaksi

Pantausidang, Jakarta – Simon Sutjipto (Zhou Shin Pheng) tidak ujug-ujug (serta-merta) mengeluarkan biaya ataupun menggalang dana dari teman-teman pengusaha untuk memperbaiki beberapa Wihara atau Klenteng yang memang kondisinya sudah kritis.
Ia juga mengaku tidak nyelonong, tapi minta izin terlebih dahulu dengan pengurus Wihara/Klenteng tersebut.
Sampai saat ini, ia sudah memperbaiki sekitar 8 Wihara, termasuk empat di Pontianak, dua di Serang Banten (Wihara Tridharma Sutra) dan dua di Jakarta.
“Sebelum renovasi, memperbaiki Wihara, harus ‘Ciam Si’ (tradisi ramalan China kuno).”
“Kami nggak berani ambil satu keputusan tanpa izin, persetujuan dari pengurus Wihara,” Simon mengatakan kepada Redaksi.
Dengan izin, pengurus Wihara juga akan tahu apa maksud, tujuan dan motivasi pekerjaan sosial merenovasi.
Salah satunya Wihara Sapta Ronggo di Jl. Petojo VIJ Cideng Jakarta Pusat.

Simon Sutjipto (kiri)
Sebagaimana, pengurus Wihara tersebut memeluk agama Islam. Sehingga ia merasa harus basa-basi untuk menawarkan jasa baik, merenovasi Sapta Ronggo.
Kondisinya memang sudah kritis, karena atapnya sering bocor saat musim hujan seperti sekarang ini.
“Kami melakukan perbuatan baik untuk banyak orang. Ini juga bukan ujug-ujug. Karena satu hari, saya sedang jalan-jalan melihat suasana luar seputar komplek Roxy Mas (sentra ponsel).”
“Tapi seperti ada ‘panggilan’ dan mengarahkan saya ke Wihara tersebut. Sehingga, besoknya saya datang lagi untuk minta izin.”

Wihara Sapta Ronggo, Jl. Petojo VIJ Cideng Jakarta Pusat
“Saya bicara dengan ketua pengurus melalui sambungan telepon, dan dia langsung mengizinkan,” kata laki-laki kelahiran Pontianak, 64 tahun yang lalu.
Pengalaman yang hampir sama, yakni ketika sedang jalan-jalan di seputar Ancol.
Karena sempat ‘terkurung’ selama pandemi covid-19 mendera, ia sempat merasa jenuh dan bosan.
Aktivitas dan ruang gerak sempat menjadi kagok karena penerapan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) covid.

Salah satu klenteng di Pontianak, Kalimantan Barat yang direnovasi
“Saya tergerak dan terpanggil untuk renovasi Wihara Bahtera Bhakti di Ancol. Disitu ada makam Embah Said yang keramat,” kata pengusaha properti ini.
Menantu Said yaitu Sampo Soei Soe konon merupakan muslim asal Tiongkok yang bekerja sebagai juru masak Laksamana Cheng Ho.
Ia menikah dengan anak Said, Siti Wati. Karena menantunya (Said) dari China yang falsafah hidupnya sangat menghormati leluhur.
“Ada pengurus (Wihara Bahtera Bhakti) yang bisa menjelaskan asal usul, sejarahnya.”
“Ada satu aliran sungai, dan masih ada kuburan. (penunggunya) dulu bekerja sebagai juru masak Sam Po Kong”
“(gua tiga orang sakti; bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He/Cheng Ho). Ini benar-benar terjadi,” kata Simon Sutjipto. *** Liu
-
Gugatan10 bulan ago
Miris, Bengkel Rekanan Polisi ini Diduga Kemplang Hutang dan Menipu ??
-
Pledoi11 bulan ago
Perkara KDRT, Kamal Mangwani melalui pengacara minta dibebaskan
-
Ragam11 bulan ago
Kembangkan Kasus Dugaan Korupsi BTS, Kejagung Geledah Kantor Kominfo RI
-
Opini10 bulan ago
Prioritas Mitigasi Iklim Nasional Dalam Konteks Polusi Udara dan Pembangunan Berkelanjutan