Ragam
Memahami makna perlengkapan persembahyangan orang Tionghoa
Saya hanya bikin kotak dana dan rumah-rumahan mewah. (makna) rumah mewah yang dipersembahkan untuk para Dewa. Sehingga leluhur tidak mengganggu

Pantausidang, Jakarta – Perajin rumah-rumahan di klenteng Wihara Nana Dassana Jl. Krendang Selatan, Duri Utara Jakarta Barat memahami makna bentuk, warna, angka perlengkapan untuk persembahyangan dan upacara kematian tradisi Tionghoa.
Sebagian besar perajin sudah menekuni pekerjaan sebagai perajin lebih dari 20 tahun. Rumah-rumahan untuk persembahyangan dan upacara kematian tradisi Tionghoa, khususnya yang beragama Buddha dan filosofi Konghucu.
“Saya hanya bikin kotak dana dan rumah-rumahan mewah. (makna) rumah mewah yang dipersembahkan untuk para Dewa. Sehingga leluhur tidak mengganggu (anggota keluarga yang masih hidup),” perajin asal Bogor, Roni mengatakan kepada Redaksi.
Rumah mewah dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatan megah. Rumah-rumahan dibuat dari kertas minyak, bamboo, tali, lem perekat dan lain sebagainya.
Hasil kerajinan untuk rumah mewah, dibuat dua bagian. Ada bagian teras rumah dan tamannya. Bagian lain berupa dinding, atap dan pondasi.

Koper yang konon digunakan untuk penyimpanan kertas-kertas emas dan perak
“Saya hanya khusus bikin rumah mewah dan kotak dana. Saya hanya dibantu satu orang untuk bikin rumah-rumahan. Lama (pembuatan) 2-3 hari. Kalau kotak dana, hanya beberapa jam (selesai),” kata laki-laki kelahiran Bogor, tahun 1979.
Di tempat berbeda, di Klenteng Kiu Lie Tong Jl. Duri (TSS Raya) Krendang Selatan juga dipenuhi oleh rumah-rumahan untuk persembahyangan.

Bangunan Pagoda 7 tingkat di salah satu sudut ruangan Kiu Lie Tong Jl. TSS Raya
Tetapi kreasinya berbeda dengan yang di Nana Dassana. Bentuk berupa koper yang konon digunakan untuk penyimpanan kertas-kertas emas dan perak.
“(Maknanya) persembahan untuk leluhur, sehingga anggota keluarga yang masih ada tetap ingat dengan orang tua, kakek nenek. Sembahyang leluhur akan digelar pada pertengahan Agustus mendatang,” penjaga klenteng, Ibu Alan mengatakan kepada Redaksi.

Kapal-kapal besar dengan perpaduan warna putih, emas, merah dan beragam motif termasuk bunga
Selama covid mendera, mulai awal tahun 2020 sampai awal 2022, pengurus Klenteng tidak mengadakan ritual persembahyangan untuk leluhur.
Sehingga tahun ini, pengurus sudah mulai gelar kembali dengan protocol kesehatan yang ketat.
Di Klenteng, bangunan Pagoda 7 tingkat terlihat di salah satu sudut ruangan. Ada juga kapal-kapal besar dengan perpaduan warna putih, emas, merah dan beragam motif termasuk bunga.
“Kalau bentuk Pagoda, ada juga yang mau dengan 10 tingkat. Tapi kebetulan, yang sekarang dipesan, (pagoda) tujuh tingkat. Itu semua kembali pada kepercayaan masing-masing umat,” kata Ibu Alan. (sl/IM) *** Liu
-
Tuntutan10 bulan ago
Dua Direksi Askrindo dituntut 4 Tahun Penjara dan Direksi AMU 8 Tahun
-
Ragam11 bulan ago
Hendra Lie Bertahan 5 Dekade, Konsisten di Industri Manajemen Musik Indonesia
-
Vonis9 bulan ago
Direktur Askrindo Anton Fajar Alogo dan Firman Berahima Divonis 4 Tahun
-
Ragam11 bulan ago
Terancam Digusur, Ulama Hingga Aktifis Siap Turun Jaga Makam Syekh Ki Buyut Jenggot
You must be logged in to post a comment Login