Profil
PT Sumber Yalasamudra, 52 Tahun Perjalanan Olah Bahan Baku Ikan.
Alm. Jiang Yi Jung yang pertama kali membangun usaha pengolahan, cikal bakalnya PT Sumber Yalasamudra
Pantausidang, Jakarta – 52 tahun perjalanan PT Sumber Yalasamudra menjadi produsen sarden (sardines), fish meal, fish oil dan usaha pengolahan berbahan baku ikan.
Dan sudah beberapa kali jatuh bangun sampai akhirnya terus merambah pasar ekspor.
Alm. Jiang Yi Jung yang pertama kali membangun usaha pengolahan, cikal bakalnya PT Sumber Yalasamudra.
Setelah meninggal, perusahaan diteruskan kepada anaknya, yakni Tjipto Soedjarwo Tjoek.
Setelah itu, estafet kepemimpinan perusahaan dilanjutkan kepada cucunya, yakni David Wijaya sampai sekarang.
“Perusahaan dirintis almarhum kakek dan ayah saya. Pertama kali, mereka bikin kopi, tapi bangkrut karena kalah bersaing di Jawa Timur,”
“Lalu mereka bikin kornet, dengan cari ternak sapi ke Jawa Timur terutama Probolinggo, Situbondo,” kata Direktur PT Sumber Yalasamudra, David Wijaya.
Mereka, almarhum dan Tjipta Soedjarwo sempat diarahkan oleh orang-orang di Jawa Timur (Jatim).
Mereka diberitahu, bahwa ada peluang usaha dengan memanfaatkan daging sapi dari Jatim.
Sehingga keduanya mencari sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku kornet.
Di tengah perjalanan, ada lagi yang memberi info bahwa stok ikan melimpah di Jatim, sampai dibuang-buang.
Kondisi surplus ikan membuat Tjipta Soedjarwo terdorong bikin sardines.
“Sejak itu, dari info kondisi surplus ikan, almarhum dan Ayah saya membuka pabrik di Muncar, Banyuwangi tahun 1970 an sampai sekarang,” kata alumni salah satu universitas di California, Amerika ini.
Perusahaan yang dirintis almarhum juga bersaing dengan perusahaan sardines lainnya.
PT Sumber Yalasamudra juga bukan yang pertama untuk industry pengalengan ikan.
Sehingga ketika dipercaya untuk meneruskan operasional perusahaan, David mulai belajar berbagai jenis ikan, permasalahan dan system pengolahan.
“Saya belajar tentang ikan, jenis-jenis ikan, penanganan ikan. Saya tahu setelah lulus dari Amerika.”
“Dulu belum ada CS (cold storage), hanya tepung. Saya kerja, waktu masuk pabrik, merangkak dari bawah.”
“Saya tidak ujuk-ujuk menggantikan peran Ayah saya,” kata David.
Skala usaha terus meningkat, termasuk system pengolahan dengan mekanisasi. Salah satunya penggunaan chiller / lemari es untuk menjaga ikan tetap fresh.
Sebelumnya, ikan hasil tangkapan ditempatkan di bak-bak penampungan dengan es batu.
Kalau ukuran es batu besar, ikan mudah rusak. Es dalam bentuk halus atau yang sudah dipecah, (ikan) menjadi dingin.
“Pertama kali penanganan, menurunkan suhu ikan, waktu mati, (kondisinya) panas. Lalu ikannya didinginkan sehingga tidak ada pembusukan atau kenaikan histamine.
“Pembusukan ikan terjadi kalau histamine tinggi. Seperti tongkol, tuna, ada racun histamine. Tongkol, histamine paling tinggi,”
“Keracunan yang sering terjadi pada ikan tongkol yaitu keracunan histamine,” kata David. *** Liu
Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.
-
Ragam4 minggu ago
Jaksa Agung ST Burhanuddin Dilaporkan IAW ke KPK dan 7 Lembaga Lainnya: Dugaan Manipulasi Data Riwayat Pendidikan Muncul
-
Nasional1 minggu ago
Road Show Cagub dan Cawagub Jawa Tengah Andika Hendi ke Kabupaten Blora, Kunjungi Posko Relawan SAH Blora
-
Penyidikan2 minggu ago
Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra Klarifikasi Pernyataan Boyamin Saiman Terkait Kasus Sisminbakum
-
Rilis4 minggu ago
MA Bentuk Tim Pemeriksa Terkait Kasus G Ronal Tannur