Connect with us

Daerah

Warga Kurang Mampu Jangan Hanya meratapi Nasib.

Semuanya warga Tionghoa di gang sempit tersebut sudah menetap sejak hampir seratus tahun yang lalu. Kayu papan sudah reyot (hampir mau patah)

Survey kelayakan pemberian bantuan kepada seorang warga keturunan yang hidup di gubuknya, di jalan Hijau Cemara (antara Jl. Keadilan Raya – Gang Cemara) Glodok, Taman Sari.

Pantausidang, Jakarta – Saat survey kelayakan pemberian bantuan kepada seorang warga keturunan yang hidup di gubuknya, di jalan Hijau Cemara (antara Jl. Keadilan Raya – Gang Cemara) Glodok, Taman Sari, ibu Eka (Tan Yen Fung) merasa perlu untuk menyemangati Tjan Wi Tjan (62) untuk mengangkat harkat hidupnya.

Bantuan dari teman-teman juga harus dibarengi dengan upaya mendorong hidup Tjan Wi Tjan.

“Kalau hanya menerima nasib, (hidupnya) tidak bisa berubah. Sehingga perlu mendorong (Wi Tjan) untuk berubah, jangan meratapi anggota keluarganya yang sudah meninggal, termasuk Ibu dan kakaknya,” Tan Yen Fung mengatakan kepada Redaksi.

Saat menyusuri jalan sempit, tidak rata dan gelap gulita pada malam hari, dari Jalan (Jl) Keadilan Raya menuju ke Gang Cemara atau sebaliknya, rumah Wi Tjan menyempil. Ada empat keluarga termasuk ketua RT, ibu Wati dan keluarganya di gang sempit tersebut.

Semuanya warga Tionghoa di gang sempit tersebut sudah menetap sejak hampir seratus tahun yang lalu. Kayu papan sudah reyot (hampir mau patah), sehingga kalau mau masuk rumah, harus melompat. Kalau tidak (melompat), bisa terjeblos.

“Saya mau bantu, (uangnya) dari kocek pribadi. Tapi bantuan untuk renovasi rumahnya, kondisi (rumahnya) saja berantakan. Baju-baju, ember, barang pecah belah dan lain sebagainya berantakan. Bahkan ada juga titipan tetangganya.



Bantuan renovasi rumahnya agar Wi Tjan bisa hidup layak. Misalkan lantai tanah liat (lempung) bisa diperbaiki menjadi lantai ubin, daun pintu, jendela diperbaiki sehingga (kondisinya) seperti rumah baru juga, tidak perlu izin-izin. Wi Tjan dibantu bukan karena orang Chinese, tidak!. Saya bantu mereka yang layak, lintas suku, agama, politiknya,” kata Tan Yen Fung.

Ketika ia masuk ke rumahnya, ada kayu papan yang menutupi selokan pas depan rumahnya. Sementara satu titik lampu dari aliran listrik rumah tetangga. Dulunya ia tinggal bersama Ibu kandung dan kedua kakaknya. Tapi semuanya sudah meninggal, bahkan salah satu kakaknya meninggal pada tahun 1987, ketika berusia sekitar 30 tahun.

Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.

Laman: 1 2

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com
×

Assalamualaikum wrb

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Hubungi Kami