Connect with us

Nasional

Menjaga ‘api’ ingatan tragedy kemanusiaan Mei 1998

Peneliti sejarah, Ita Fatia Nadia melihat perlunya menjaga ‘api’ ingatan Kerusuhan Mei 1998, kerusuhan rasial etnis Tionghoa yang notabene tragedy kemanusiaan

Pantausidang, Jakarta – Peneliti sejarah, aktivis perempuan Ita Fatia Nadia melihat perlunya menjaga ‘api’ ingatan terhadap Kerusuhan Mei 1998, kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang notabene juga tragedy kemanusiaan.

Sehingga masyarakat termasuk etnis Tionghoa jangan sampai melupakan peristiwa kerusuhan Mei 98 tersebut.

“Kita harus tetap menjaga ingatan bahwa peristiwa termasuk kerusuhan, pembunuhan, perkosaan pada Mei 1998 itu ada. Jangan sampai dilupakan. Itu yang membuat saya terus berjuang untuk ‘api’ ingatan terhadap Kerusuhan Mei 98,” Ita F. Nadia mengatakan kepada Redaksi.


Pada Komnas (Komisi Nasional) Perempuan sendiri, (pimpinan dan anggotanya) juga sudah tidak lagi memperhatikan Mei 98. Padahal Komnas Perempuan berdiri karena dipicu peristiwa Mei 1998.

Seharusnya Komnas menyelenggarakan upacara terus menerus peringatan Mei 1998. Ita sempat membaca beberapa tulisan anak-anak muda (generasi millennial/mereka yang lahir pada 1980 – 1990, atau pada awal 2000) tentang 1998 di medsos (media social).

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

“Semuanya (tulisan/testimony) melenceng. (tulisan generasi Millenial mgn Kerusuhan Mei 98) seakan-akan, saya (dicap) tidak bisa move on. Sehingga saya jelaskan bahwa Mei 98 sebuah kejahatan kemanusiaan yang diingkari oleh Bangsa Indonesia sendiri,” kata Ita F. Nadia.


Mereka (generasi millennial) mengatakan, ‘ …. Mba Ita (Fatia Nadia) nggak capek-capek menceritakan, mengulas kerusuhan Mei 1998, move on dong ….’ Tetapi baginya, tidak ada sikap menyerah apalagi melupakan.

Hal tersebut bukan masalah move on atau tidak, tapi kejahatan kemanusiaan yang diingkari oleh Bangsa Indonesia sendiri. Terkait acara tgl 12/5 (Kamis), yakni peringatan alm. Ita Martadinata juga relevan.

Sebagaimana alm. Ita Martadinata adalah martir (orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah). Alm. Ita Martadinata mewakili seluruh korban Mei 98.

Acara di Semarang (12/5) tidak saja Peringatan Sin Chi Ita Martadinata (di Rumah Doa Boen Hian Tong, Gg. Pinggir No. 31 Semarang), tapi upaya menjaga ingatan pada peristiwa Mei 1998.

Laman: 1 2

Continue Reading
Advertisement

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com