Ragam
Sakral Lok Thung untuk melepaskan makhluk hitam pada pasien
Gelar acara sakral Lok Thung dengan Tangsin berlangsung di dalam gedung tua Toasebio, berlangsung sekitar 90 menit
Pantausidang, Jakarta – Suasana di Wihara Dharma Jaya Toasebio, Glodok beberapa hari yang lalu padat dengan kerumunan orang yang mau mengikuti serangkaian acara peringatan Hari Kongco Sejit dan HUT ke 271 Wihara Toasebio.
Salah satunya adalah acara pengobatan dengan Tangsin, ala Lok Thung (tatung). Beberapa warga dan umat yang merasa ada kejanggalan pada kondisi tubuhnya, memanfaatkan pengobatan dengan tangsin.
Pengobatan yang dimaksud bukan melalui medis, yang dilakukan oleh dokter, melalui operasi, menggunakan obat-obatan dan lain sebagainya.
“Ini (pengobatan) lebih pada terkait dengan spiritualitas. Pengobatan terhadap pasien bukan dari aspek ilmu kedokteran,” salah satu pengamat Lok Thung Vivi asal Kalimantan mengatakan kepada Redaksi.
Antusiasme warga dan umat memperingati HUT Toasebio, perayaan Hari Sejit YM Kongco Cheng Goan Cheng Kun dan Kongco Thian Kauw Ciong Kun di pelataran parkir.
Sehingga semua kendaraan roda dua, roda empat parkir di gedung Sekolah Ricci yang lokasinya berdekatan.
Gelar acara sakral Lok Thung dengan Tangsin berlangsung di dalam gedung tua Toasebio, berlangsung sekitar 90 menit.
Suara tambur bergemuruh, sementara para pemain Lok Thung berkumpul dengan membentuk seperti lingkaran.
“Ada pasien yang terus diikuti dua makhluk hitam. (pasien) terus dipegang dan akhirnya merasakan kejanggalan seperti sakit,”
“Kalau (makhluk hitam) nggak lepas, dia (pasien) nggak sembuh. Ini saklar karena Lok Thung adalah spiritualitas,” kata Vivi.
Sampai sejauh mana ilmu kedokteran dan spiritualitas Lok Thung saling beririsan?, hal tersebut kembali pada sampai sejauh mana kepercayaan pasien.
Dua entitas dan dua aspek beririsan untuk bisa menyembuhkan pasien, tergantung kepercayaan masing-masing.
“Di berbagai daerah di Indonesia, terutama Kalimantan, kepercayaan terhadap Lok Thung masih eksis. “
“Pengobatan ala Lok Thung juga ada di Manado, Medan, Semarang, Bangka.”
“Kalau di Thailand, di Phuket yang banyak penyembuhan dengan pelepasan makhluk hitam. Bahasa Thailand nya, kumanthong,” kata perempuan kelahiran 39 tahun yang lalu. *** Liu.
Kritik saran kami terima untuk pengembangan konten kami. Jangan lupa subscribe dan like di Channel YouTube, Instagram dan Tik Tok. Terima kasih.
-
Ragam4 minggu ago
GPHRI Tingkatkan Pengembangan Ekosistem Hospitality Terintegrasi
-
Internasional3 minggu ago
Festival Budaya Minnan Dunia Dorong Kerjasama Sektor Pariwisata Indonesia
-
Internasional2 minggu ago
PU, Huaqiao University MoU dengan Prinsip Saling Menguntungkan
-
Ragam1 minggu ago
2024 IG Indonesia Upaya Kembangkan Industri Manufaktur Dalam Negeri