Connect with us

Nasional

Efek Kestabilan Tahun Politik 2024, Diprediksi Ekonomi Meningkat

Jakarta, pantausidang- Situasi sosial dan politik yang stabil jelang Pemilu 2024 berpeluang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan tahun politik yang stabil ini bisa memicu peningkatan produktivitas dan menggairahkan investasi.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Indonesia akan memasuki tahun politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Geliat ekonomi nasional dalam negeri diprediksi tumbuh positif.

Bahkan dalam kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 diproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri berada kisaran 5,3 persen sampai 5,7 persen. Apa benar demikian?

Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, kondisi ekonomi politik nasional terbilang stabil. Menurutnya, berdasarkan beberapa survei belakangan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat tinggi, sehingga terjadi stabilitas di berbagai bidang terutama bidang sosial, ekonomi dan politik.

“Saya kira saat ini stabilitas nasional kita terjaga dengan baik. Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga, karena itu publik juga merasa bahwa saat ini kondisinya bagus,” kata Yunarto dalam seminar yang bertema “Siap-Siap Tahun Politik 2024: Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia” di Hotel Fairmont, Kamis malam (8/62023).

“Maka itu tidak heran kita lihat bahwa kepuasan terhadap pemerintahan saat ini mencapai level yang tinggi. Khususnya pada bidang ekonomi, inflasi kita menurun, dan itu membuat publik setelah pandemi menjadi bergairah dalam melakukan kegiatan bisnis,” ujarnya.

Sementara itu, Co-Founder Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi menilai, terlepas dari adanya peningkatan aktivitas ekonomi terutama di sektor konsumen, secara historis memang tidak terlihat adanya korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum.

Meski demikian, investor harus memperhatikan sentimen yang lebih besar saat bermain di pasar di level global, seperti kekhawatiran terjadinya resesi ringan di AS dan negara Eropa pasca kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi.

Selain itu, di Tiongkok, sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, hingga saat ini masih belum memperlihatkan adanya traksi pertumbuhan yang optimal.

“Saya melihat beberapa sentimen global tersebut selama ini menahan IHSG untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham kita saat ini berada di level yang atraktif.,”

“PER IHSG saat ini di 13,7 dibandingkan dengan kondisi di awal pandemi Covid-19 ketika IHSG terkoreksi hingga 3900 waktu itu, di sekitar level 13,2. Tapi ini justru yang menjadikan kondisi saat ini sebagai kesempatan untuk mengakumulasi posisi,” terangnya.

Dipandang dari berbagai hal, dari sisi pasar obligasi, ia menilai, kinerja seluruhnya akan baik pada tahun 2023.

“Bahkan seiring dengan suku bunga yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Dengan inflasi yang stabil cenderung menurun, dan kami perkirakan suku bunga global juga akan segera atau sudah mencapai puncaknya karena kekhawatiran tekanan resesi. Namun untuk pasar saham pun sebenarnya juga tidak kalah menarik secara fundamental,” ucapnya.

Data Produk Domestik Bruto (PDB) dan laba perusahaan yang baik di triwulan 1 tahun 2023 ini menjadi bukti baiknya kondisi perekonomian domestik.

Menurutnya, lantaran berbagai pemberitaan dari luar negeri serta minimnya sentimen domestik membuat kinerja IHSG di semester 1 ini terlihat berada dalam tekanan.

“Untuk reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi, Batavia masih menitikberatkan portofolio pada obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah RI. Selain itu tambahan penempatan pada obligasi korporasi pun dimungkinkan sebagai bagian dari upaya mendapatkan potensi tambahan imbal hasil,” kata Eri. *** AAG

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com