Connect with us

Ragam

Latarbelakang teknik sipil Azmi Abubakar dengan Museum Peranakan Tionghoa

Koleksi museum Peranakan Tionghoa tidak melulu dibayangi keterbatasan dana untuk operasional. Dia mengaku bukan pengusaha besar untuk menyubsidi museum.

Pantausidang, JakartaAzmi Abubakar, pemilik Museum Peranakan Tionghoa di BSD Serpong, Tangerang Selatan dengan latarbelakang pendidikan teknik sipil meyakini irisan-irisannya dengan upaya rekonstruksi rumah kebangsaan.

Suku Tionghoa sempat tidak masuk sejarah Indonesia yang sesungguhnya penuh keanekaragaman memori kebangsaan.

“(ahli teknik) sipil lebih pada (rancangan struktur bangunan) hitung-hitungannya. Saya memaknai museum (Peranakan Tionghoa) sebagai bagian proses rekonstruksi rumah kebangsaan, yang sangat penting,” Azmi Abubakar mengatakan kepada Redaksi.

Keberadaan suku Tionghoa di Indonesia, satu hal yang (sempat) tidak masuk sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Keberadaan museum juga menjadi bagian penting untuk rekonstruksi rumah kebangsaan.

“Saya kira ada relevansi antara teknik sipil dengan museum peranakan Tionghoa. Ahli teknik sipil kan bicara konstruksi. Kalau membandingkan dengan arsitek, (insinyur) sipil bertanggungjawab pada hitung-hitungan. Arsitek kan lebih pada estetika. Saya memaknai museum sebagai bagian rekonstruksi dengan hitung-hitungannya,” kata alumni fakultas teknik sipil dan perencanaan ITI Serpong, Banten.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Lokasi

Museum Peranakan Tionghoa menempati ruko dua lantai di Ruko Golden Road C28/25 di Jalan Pahlawan Seribu, BSD, Tangerang Selatan.

Ruangannya sebenarnya cukup luas. Namun, karena total koleksi Azmi lebih dari 35 ribu item, lantai dasar sebagai tempat memajang koleksi terasa sempit.

Koleksi 

Koleksi museum Peranakan Tionghoa tidak melulu dibayangi keterbatasan dana untuk operasional. Kendatipun, ia mengaku bukan pengusaha besar yang memiliki dana untuk menyubsidi operasional museum.


“Saya kan terbatas untuk urusan keuangan. Tapi saya mendorong, bahkan melampai dari apa yang saya miliki untuk pengembangan (museum). Saya sekarang sudah berpikir untuk membeli tempat, dan tidak kontrak lagi (bangunan ruko Museum). Kami berusaha untuk tidak kontrak lagi, tetapi tetap menolak bantuan dari siapapun. Kami mau independen,” kata pria kelahiran Maret 1972.


Di kedua sisi ditempatkan lemari dengan tinggi hampir menyentuh langit-langit. Salah satu lemari berisi ratusan komik Tionghoa. Di bagian tengah ada dua rak besar dengan koleksi beragam buku, dokumen, dan sejenisnya tentang kalangan Tionghoa di Indonesia.

“Dari semua yang saya miliki, mungkin aset terbesar yakni museum. Karena kami mengeluarkan (uang) terus, paling besar (pengeluaran) untuk koleksi museum,” kata Azmi Abubakar. ***

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com