Connect with us

Ragam

Situs pekuburan Tionghoa di Majalengka ratusan tahun masih eksis

Kami baru menemukan makam cicit dari Chandra Pati, yang masih keluarga Marga Lim (seorang petinggi Tionghoa di Majalengka)

Pantausidang, Jakarta – Grup Madjalengka Baheula (Grumala) yang concern dengan arkeologi yakin situs termasuk pekuburan orang-orang Tionghoa,

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

para ‘petinggi’ masih eksis, walaupun tidak dalam keadaan sempurna.

Lahan pekuburan sebagian sudah beralih fungsi, salah satunya menjadi kantor Polsek (kepolisian sector).

Sebuah Klenteng di kecamatan Talaga (Majalengka, Jawa Barat) sekarang beralih fungsi menjadi kantor polsek.

“Makam-makam masih eksis, walaupun ada sebagian beralih fungsi menjadi perumahan warga,” ujar NaRo dari Grumala mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telpon.

Aktivis Grumala terus melakukan pendataan terhadap makam-makam yang berusia tua di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Salah satu situs pekuburan di Kec. Jatiwangi yang masih sangat menarik untuk objek penelitian para arkeolog.

“Kami baru menemukan makam cicit dari Chandra Pati, yang masih keluarga Marga Lim (seorang petinggi Tionghoa di Majalengka). Makamnya sejajar dgn Chandra Pati,” kata Naro.

Karena usianya sudah di atas seratus tahun, ia belum bisa mengetahui silsilah keluarga Lim sampai cicitnya.

Kalau data yang tertera, pemakamannya pada tahun 1903. Sementara kalau melihat sejarah Chandra Pati, wafat pada tahun 1799 (wafat) sampai 1900.

“Selisih tahun kematian dan merunut silsilahnya, berarti jaraknya sekitar seratus (tahun) lebih lamanya. Makam yang masih eksis tersebut, mungkin cicit atau buyutnya,” ujarnya.

Komunitas suku Tionghoa di Majalengka, sejarah dan perkembangan berawal pada tahun 1700 an.

Peradaban dan keberadaan suku Tionghoa di daerah Talaga, diyakini lebih tua dibanding daerah lain. Daerah Talaga dulunya sebuah kerajaan.

Hubungan dengan Tionghoa di luar Majalengka berjalan baik.

Beberapa peninggalannya terutama koin-koin khas Tiongkok, guci dari keramik, ubin dengan relief/pahatan binatang katak atau kodok.

“Saya sempat menelusuri situs pekuburan Chandra Pati yang sudah sangat tua. Karena sekarang musim hujan, pekuburan tidak bisa dilihat dengan jelas.”

“Selain, rumput ilalang yang kering yang menutupi jalan-jalan, (makam) semakin sulit kelihatan,” kata Naro. *** Liu

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com