Connect with us

Ragam

Aneka Tanaman Potensial Menjaga Ketahanan Pangan

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan Suwandi mengatakan terdapat berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan

Usaha penanaman talas di desa Kreyo, kec. Wonotunggal, kabupaten Batang Jawa Tengah

Pantausidang, Jakarta – Kementerian
Pertanian (Kementan) terus menggairahkan pengembangan potensi pangan lokal menjadi salah satu pangan alternatif sebagai solusi mengatasi krisis pangan yang tengah melanda dunia saat ini.

Tanam-tanaman yang bermanfaat untuk pangan termasuk talas terus menjadi concern pemerintah.

Semua jenis pangan lokal yang ada dikembangkan sedemikian rupa agar mampu mendukung ketahanan pangan dan hingga ekspor, salah satunya talas dan produk turunannya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan Suwandi mengatakan terdapat berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan alternatif yang mengandung protein dan kalori tinggi tapi memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang rendah.

Dengan begitu, talas aman dikonsumsi, khususnya untuk penderita diabetes.

“Pangsa pasar talas di Jepang, Korea dan tentunya potensi pasar dalam negeri pun sangat menjanjikan,” kata Suwandi.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!


Talas memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan gula yang rendah menjadikan talas mampu menjadi pilihan alternatif sebagai pengganti nasi dari beras.

Oleh karena itu, Kementan menggelar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani episode ke-609 dengan tema “Aneka Jenis Talas dan Olahannya, Peluang Pasar Dalam dan Luar Negeri”.

Salah satu pegiat talas, Subagja menyebutkan terdapat tiga jenis talas yang dikembangkan yaitu talas suriname, talas pratama, dan talas belitung/ mbote/ kimpul.

Ketiga talas tersebut dapat diolah menjadi beragam produk diantaranya yaitu tepung, mie instant, beras talas, tembakau daun talas, dan pelet pelepah talas.


Siklus budidaya talas dimulai dari penyiapan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, proses panen, dan pasca panen.

“Khusus untuk masa panen, setiap jenis talas memiliki masa panen yang berbeda-beda. Talas suriname panen setiap 24 bulan sekali, talas pratama dapat dipanen setelah berusia 6 bulan, dan talas belitung dipanen saat usia 8 bulan,” jelasnya.

Subagja menambahkan, selain dimanfaatkan umbinya, bagian daun dan batang talas suriname juga dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi tembakau atau bahan sayuran serta pelet.

Hadir pula pengusaha talas, Purnama Hadisumarya menuturkan talas Indonesia memiliki potensi pasar ekspor di Jepang.

Peluang pasar ekspor talas ke Jepang masih sangat terbuka lebar, hanya saja masih diperlukan dukungan dari para stakeholder untuk lebih memudahkan akses ekspor tersebut.

“Saya tanam talas awalnya dengan uji coba di atas lahan kurang dari satu hektar. Saya lanjut, (perluasan lahan) sampai 3-4 hektar setelah menikmati panen,” Purnama mengatakan kepada Redaksi.



Uji coba penanaman talas juga tidak lepas dari hobinya sejak kecil. Kendatipun, semua usaha pasti ujung-ujungnya cari keuntungan.

“Saya hobi, tapi pasti cari untung,” kata Purnama.

Sebelum pandemic covid, ia sempat melihat talas-talas Pontianak laku dijual di pasar Jembatan Lima, kec. Tambora Jakarta Barat. Selain itu, talas masuk ke retailer modern.

Sehingga ia terdorong untuk percobaan tanam talas. Ternyata hasilnya tidak mengecewakan dan terdorong untuk ekstensifikasi dan intensifikasi.

“Saya masih focus pasar local, dan mulai garap ekspor. Ada juga pedagang yang datang langsung ke lokasi perkebunan kami (di desa Kreyo, kec. Wonotunggal, kab. Batang Jawa Tengah).”

“Satu kilo dibeli dengan harga Rp 10 ribu. Saya panen sampai 4.000 batang, setara dengan delapan ton. Saya jual di beberapa kota terutama Tegal, Pekalongan, Bandung,” kata Purnama.

Di tempat berbeda, Susilo Sugiarto dari dari Gresik, Jawa Timur mengikuti webinar yang diselenggarakan Ditjen Tanaman Pangan, Kementan mengenai aneka jenis talas dan olahannya, peluang pasar dalam dan luar negeri.

Sementara ini, holding group perusahaan tambang batuan alam batu dolomit di Gresik mempunyai luas lahan 200 hektar.

“Yang efektif sekitar 150 hektar, ditanami mangga, sweet potato, palm oil, sagu dan lain sebagainya. Masih ada 30 hektar kosong, sudah ditanam mangga dan aneka buah-buahan.”

“Kami berencana tanam talas karena prospeknya sangat bagus. Ke depan, kami sedang usahakan semangka melon green house. Prospek agribisnis di dalam dan luar negeri masih sangat terbuka,” ujar Susilo.*** Liu.

Facebook

Advertisement

Tag

Trending

Open chat
1
Butuh Bantuan?
Hello 👋
Ada yang bisa saya bantu?
Pantausidang.com